Jumat, 21 April 2017

Hari Kartini - Berkaca dari Gadis Diffabel

Dalam meraih mimpi dan cita-cita seseorang tak musti memiliki fisik yang sempurna. Seorang penyandang difabel pun bisa menjadi sukses lantaran usahanya yang gigih. Meski berada dikeluarga lebih dari cukup namun tak ada niat yang menghalangi untuk menjadi gadis mandiri dan mau berusaha. Itulah Arifah, gadis berusia 32 tahun yang bertempat tinggal di Tlatar RT/RW 22/11, Tegalrejo, Tengaran, Kab. Semarang. Baginya diberi kesempatan untuk menghirup udara adalah sebuah rahmat luar biasa yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa.
Merasa Berbeda dengan Yang Lain
Merasa beda? Ya tentu saja, dengan keadaan fisik yang abnormal sempat membuat Arifah putus asa. Pasalnya ia juga mempunyai keinginan untuk bersekolah seperti pada umumnya, namun hal itu urung dilakukan karena mengingat kondisi yang tidak memungkinkan. Terlahir menjadi anak pertama dari tiga bersaudara menjadikan Arifah kuat dan dewasa. Ia tak sendiri dalam menjalani hidup sebagai difabel, adiknya pun bernasib sama. Sebut saja dia Sodiq Maskuri (24), saat ini dia telah berada di BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta untuk bersekolah dengan penyandang difabel lainnya. Beruntung adiknya yang bernama Taufik ia bukan difabel, ia bisa dikatakan sempurna secara fisik. Rasa iri terhadap adiknya tentu ada, namun itu tak sedikitpun membuat Arifah berhenti menyayangi adiknya.
Rejeki Tak Pernah Tertukar
Wanita yang lahir di Kab. Semarang pada 9 Februari 1985 ini bukan seseorang yang mau berdiam diri dalam menjalani hidup, semangat yang luar biasa ia tanamkan dalam hati meski raga tak mendukungnya penuh. Keterampilan dalam membuat aksesoris telah membuka peluang besar dalam hidupnya, karyanya sudah ia pasarkan ke beberapa toko dan warung. Bahkan pernah ikut pameran di Jakarta, Semarang dan Salatiga. Dalam penjualannya yang masih minim dan meskipun penghasilannya tak sebanyak yang ia inginkan, namun hal itu tak membuatnya lengah. Ia terus belajar dan berusaha membuat kreasi yang mengikuti trend.
Pada awalnya ia hanya iseng ikut membuat aksesoris seperti bros dan bando dari tetangganya, Sumarjono. Arifah menganggapnya sebagai guru karena berkatnya ia kini bisa menjadi pebisnis. Tak lepas dari itu niat Arifah begitu besar dan kuat, cita-cita yang ia inginkan terwujud meski tidak secara instan. Justru dengan cara bertahap inilah yang membuat Arifah senang karena bisa menikmati sebuah proses, ia menjadikan waktu luang yang teramat banyak menjadi bermanfaat.
Dukungan Menumbuhkan Semangat
Dengan dukungan penuh dari keluarga, Arifah kini menjual aksesoris, boneka dan tempat pensil (dari kain flanel) melalui media online. Menurutnya ini adalah cara yang paling nyaman dalam berniaga, karena tak perlu lagi menyiapkan tenaga lain untuk menyetorkan barang yang dititipkan di warung dan toko.
Selain hanya duduk menunggu pesanan ia tak perlu lagi memikirkan bagaimana jika barang dagangannya tidak terjual habis. Karena sangat jelas, ia hanya perlu memotret satu barang lalu ia jual. Jika ada pesanan baru ia membuat, jadi tak akan sia-sia.
"Alhamdulillah setelah jualan di online tingkat penjualan menjadi 80%. Saya begitu bersyukur meski terkadang di php (pemberi harapan palsu) sama pembeli karena mereka hanya bertanya tapi tidak membeli, pesan tapi malah kabur," ujarnya dengan tertawa lepas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar